04.17
|
|
Pdt Djoko Sugiarto
|
|
|
|
Banyak orang mempunyai pilihan kata-kata bijak sebagai pedoman
dalam hidupnya. Demikian juga halnya kebanyakan orang Kristen mempunyai
ayat-ayat pilihan yang memotivasi pertumbuhan imannya supaya bisa hidup
dengan benar dan terarah. Salah satu ayat pilihan kebanyakan orang
Kristen adalah Yohanes 3: 16 :” Karena begitu besar kasih Allah akan
dunia ini, sehingga IA telah mengaruniakan Anak Nya yang tunggal, supaya
setiap orang yang percaya kepada Nya tidak binasa, melainkan beroleh
hidup yang kekal”.
Ayat ini sangat populer bagi orang Kristen
di segala tempat dan jaman. Tapi ayat ini menimbulkan kontroversi dan
salah pemahaman bagi sebagian orang. Banyak orang yang membaca ayat
ini untuk pertama kali, bertanya-tanya dalam hatinya:” Mosok sih Allah
kok punya anak?”. Bukankah kesannya memang seperti itu kalau dibaca
secara harafiah ? Oleh sebab itu saya akan sedikit menjelaskan apa
artinya Anak Nya yang tunggal dan setelah itu rahasia apa yang
terkandung dalam Yohanes 3: 16.
Untuk memperjelas istilah
“Anak Nya ( Allah ) yang tunggal” , kita perlu mengingat bahwa di
masyarakat ada juga istilah yang dipakai secara umum, misalnya : Anak
Negeri, Anak kota, Anak kampong, Anak desa dll.
Demikian juga
istilah Anak Allah yang tunggal. Saya percaya dan yakin bahwa Allah
tidak beranak atau diperanakan. Ungkapan ini hanya ingin menunjukkan
bahwa Allah telah datang ke dalam dunia, dan kedatangan Allah itu
tergenapi di dalam diri Yesus yang lahir melalui anak dara / perawan
Maria. Itulah sebabnya hanya Yesus saja yang bisa menampakkan,
mencerminkan dan menaati Allah yang sempurna baik melalui Firman, Karya,
Perbuatan dan Perkataan yang Yesus lakukan selama di dunia ini.
Seperti
halnya seorang anak dalam hidupnya seharusnya menampakkan, mencerminkan
dan menaati bapaknya maka Yesus lah satu-satunya yang bisa
mencerminkan, menampakkan dan menaati Allah secara sempurna. Dengan
demikian Yesus disebut sebagai Anak Nya ( Allah ) yang tunggal.
RAHASIA APA YANG TERKANDUNG
Yohanes
3: 16 pertama-tama ingin mengatakan bahwa semua inisiatif dari semua
tindakan keselamatan itu hanya ada pada Allah saja. Untuk melakukan
tindakan keselamatan, Allah tidak perlu dibujuk-bujuk lebih dulu. Kita
juga tidak perlu meratap-ratap lebih dulu, bahkan kita tidak perlu
mempersembahkan korban-korban sembelihan lebih dulu. Karena apa? Karena
Allah sendirilah yang lebih dahulu berinisiatif menyelamatkan manusia
berdosa melalui pengampunan dengan jaminan diriNya sendiri di dalam
Yesus.
Dengan demikian tidaklah benar anggapan bahwa semakin
sering dan semakin seru seseorang menangis maka makin tergeraklah hati
Allah untuk mengampuni. Pengampunan Allah tidaklah terjadi karena air
mata yang bercucuran tapi karena hati Allah yang berbelas kasihan untuk
menumpahkan pengampunan itu.
Bahkan sebelum air mata penyesalan
dari manusia tertumpah, Allah telah lebih dahulu menyediakan pengampunan
itu melalui kematian Yesus yang Allah relakan terjadi. Tidaklah benar
pula anggapan bahwa pengampunan Allah terjadi karena banyaknya dan
besarnya nilai korban yang dipersembahkan untuk Allah oleh manusia.
Karena sebelum manusia mempersembahkan korban, Allah telah terlebih
dahulu berkorban bagi manusia berdosa di dalam diri Yesus yang tersalib
di Golgota.
Dengan demikian Allah bukanlah Allah yang baru mau
mengampuni setelah adanya persembahan korban. Kalau Allah kita seperti
ini betapa merana dan kasihan orang-orang yang tidak mampu
mempersembahkan korban karena keterbatasan ekonominya? Pengampunan Allah
bukan “ dibeli” dengan persembahan korban. Tapi pengampunan Allah
terjadi hanya karena hati Allah yang penuh dengan kasih.
Yohanes
3: 16 memproklamasikan kepada manusia betapa luas, lapang dan dalamnya
kasih Allah itu. Karena yang dijangkau oleh kasih Allah itu bukannya
orang per orang tertentu saja secara pribadi, bukannya bangsa tertentu
saja, dan bukannya orang-orang yang mengasihiNya dan setia beribadah
kepadaNya saja.
Tapi kasih Allah itu tertuju kepada semua orang
baik yang mengasihiNya bahkan juga yang membenciNya atau yang
menolakNya. Kasih Allah itu tertuju kepada semua bangsa dan suku bangsa
karena Allah tidak membedakan warna kulit dan bahasa. Yang sipit maupun
yang lebar matanya sama-sama dikasihi olehNya.
Yang miskin maupun
yang kaya mendapat perlakuan yang sama dari kasih Allah itu. Yang jahat
maupun yang baik juga mendapatkan kasih yang sama. Kasih Allah bahkan
tertuju kepada anak-anak juga. Baik anak kota maupun anak desa, anak
jalanan mapun anak gedongan.
Itu sebabnya Allah menerbitkan
matahari dan menurunkan hujan untuk semua orang, bukan hanya untuk orang
yang baik saja kan? Sasaran kasih Allah itu adalah dunia. Bukan bagian
tertentu saja dari dunia tapi seluruh dunia ini. Meliputi bagian manapun
dan dihuni oleh siapapun. Bahkan seluruh penghuni dunia ini
dikasihiNya.
Dengan demikian Allah juga mengasihi orang-orang
yang sebenarnya tidak layak dikasihi. Bahkan Allah juga mengasihi
orang-orang yang tidak sanggup mengasihiNya, orang-orang yang
merendahkanNya. Yang menentang dan yang tidak pernah memikirkan Allah
pun dikasihiNya juga. Apalagi mereka yang hidup tanpa teman dan sahabat
yang mengasihi, kasih Allah tertuju kepada mereka yang merasa sunyi
dari kasih. Kasih Allah sungguh sangat luas, lapang dan dalam sehingga
tidak ada satupun orang yang tidak mungkin bernaung dalam kasih Allah
itu.
Orang-orang yang dijauhi oleh masyarakatnya justru didekati oleh kasih Allah itu. Kasih Allah tidak diskriminatif.
Kalau
kita telah menyadari betapa luas, lapang dan dalamnya kasih Allah yang
telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal untuk keselamatan kita ini.
Apakah kita masih terus membisu terhadapNya? Atau maukah kita memberikan
respon terhadap kasih Allah dengan ganti mengasihiNya?.
SUMBER : http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=8698294599d7b880806df9735b49dbc9&jenis=182be0c5cdcd5072bb1864cdee4d3d6e
0 komentar:
Posting Komentar